Jumat, 14 November 2008

Manfaat Nuklir untuk Kanker

JAKARTA-Mendengar kata nuklir, yang terlintas di benak awam adalah senjata. Padahal teknologi nuklir juga banyak manfaatnya di bidang medis. Penyebuhan beberapa penyakit membutuhkan teknologi nuklir. Tidak banyak publik paham teknologi yang terdengar seram ini punya andil di dunia kesehatan. Kanker misalnya, terapinya sangat tergantung pada nuklir. Istilah radiasi dan kemoterapi pada pasien kanker berbasiskan teknologi nuklir.
“Di negara berkembang, hanya 45 persen kasus kanker yang bisa diobati. Dari jumlah itu, sebesar 22 persen ditangani dengan cara operasi, 18 persen terapi radiasi, dan 5 persen kemoterapi,” jelas Sueo Machi, Ketua Komisi Atomic Energy Commission (AEC) untuk Jepang kepada pers baru-baru ini.

Terapi radiasi terhadap kanker terbukti cukup efektif. Untuk kasus kanker leher rahim misalnya, di Asia saja radiasi mampu membuat pasien bertahan hidup hingga lima tahun lebih lama.

Untung
Penggunaan radiasi untuk pengobatan kanker ditemukan Robert Rathbun Wilson PhD tahun 1946. Wilson adalah fisikawan partikel eksperimentalis yang juga terlibat dalam proyek "bom atom" Manhattan . Ia mempublikasikan sebuah karya ilmiah yang pertama kali mengusulkan penggunaan berkas proton untuk pengobatan kanker dengan radiasi. Akhirnya, Wilson menjadi direktur pertama fasilitas yang saat ini dikenal dengan nama Fermi National Accelerator Laboratory di Kota Batavia , Negara Bagian Illinois, Amerika Serikat (AS).

Terapi kanker dengan radiasi proton memiliki keuntungan yang tidak dimiliki terapi radiasi konvensional. Keunikan terapi proton ini terletak dari sifat proton itu sendiri sebagai partikel yang memiliki massa dan muatan listrik.

Dibandingkan metode-metode pengobatan lain, seperti kemoterapi atau bahkan operasi pengangkatan kanker, terapi proton jauh lebih aman dan memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi si pasien selama terapi radiasi dijalankan. Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan modernnya, istilah ini hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan untuk merawat kanker.

Di Indonesia, kedokteran nuklir diperkenalkan pada akhir tahun 1960-an, yaitu setelah reaktor atom Indonesia yang pertama di Bandung mulai dioperasikan.


Sumber : http://www.sinarharapan.co.id/berita/0611/10/ipt02.html

Tidak ada komentar: