Jumat, 05 September 2008

UGM Menangi Kejuaraan Dunia

Yogyakarta, Kompas - Mahasiswa Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Curtin University of Technology Australia berhasil menjadi pemenang Modialogo Engineering Award 2006/2007. Bersama dengan sembilan tim lainnya, proposal mereka ditetapkan sebagai major winner dan memperoleh dana penelitian senilai 20.000 Euro.
Indonesia baru pertama kali terlibat dalam perlombaan tingkat internasional bagi mahasiswa teknik di seluruh dunia yang disponsori DaimlerChrysler dan UNESCO itu. Sebanyak 3.200 mahasiswa teknik yang tergabung menjadi 879 tim dari 89 negera berkompetisi dalam perlombaan tersebut.
Tim dari UGM terdiri atas Bayu Utomo, Thomas Ari Negara, Elsa Melfiana, Ahmad Fajar Assidiq, dan Muhammad Ery Wijaya. Tim dari Curtin University of Technology terdiri atas Ahmad Agus Setiawan, Yu Zhao, Suzanne Sugiarto, Richard Barnett, dan David Barnett.
Saat ditemui, Rabu (9/1), tiap anggota tim bertekad akan menggunakan dana penelitian yang diraih untuk membuat instalasi skala kecil sebagai embrio penggunaan energi terbarukan di Kecamatan Panggang, Gunung Kidul. Proyek tersebut selanjutnya akan diteruskan kepada tim adik kelas dari Komunitas Mahasiswa Sentra Energi yang terdiri dari Linggar, Andy, Dinar, dan Adnan.
Tim gabungan tersebut membawakan proposal bertajuk Development of Sustainable Power and Water Supply for Remote Areas and Disaster Response and Reconstruction in Indonesia. Menurut Thomas, tim akan memanfaatkan energi terbarukan berupa matahari dan angin yang kemudian diubah menjadi listrik untuk masyarakat. Energi listrik itu juga akan digunakan untuk memompa air di daerah yang selalu terkena bencana kekeringan tersebut.
Supaya layak diminum, mereka akan menggunakan teknologi reverse osmosis yang sedang dikembangkan di Curtin University of Technology. Konsep reverse osmosis ini, menurut Ahmad, mahasiswa Curtin University of Technology yang juga dosen Jurusan Teknik Fisika UGM, menggunakan membran sebagai penyaring air.
Belum pernah diterapkan
Elsa menambahkan bahwa teknologi energi terbarukan yang diaplikasikan sebenarnya bukan teknologi baru. Namun, hingga kini, teknologi itu belum pernah diterapkan di daerah bencana dan kekurangan air seperti Gunung Kidul. “Teknologi yang dilombakan dalam perlombaan kali ini sebenarnya sudah dikuasai oleh mahasiswa Indonesia. Ke depan, harus terus terlibat aktif dalam perlombaan serupa,” ucapnya.
Ketua Program Studi Fisika Teknik Nazrul Effendy mengatakan rentang perbedaan antara perkembangan teknologi dengan kebutuhan teknologi di negara berkembang masih sangat lebar. Mahasiswa teknik memiliki peran besar sebagai ujung tombak perkembangan teknologi. Hingga kini, pihaknya telah secara aktif mengirim mahasiswa untuk mengikuti aneka kejuaraan teknologi di dalam maupun luar negeri.
(Kompas, 11 Januari 2008)

Polisi Tidur Nyalakan Traffic Light

Ketika aliran listrik padam, lampu pengatur lalu lintas (traffic light) ikut padam. Akibatnya, arus lalu lintas kacau. Pemanfaatan teknologi tenaga surya masih jarang diterapkan karena masih mahal.
Mengatasi masalah tersebut, empat mahasiswa Teknik Fisika UGM mencoba memanfaatkan polisi tidur sebagai pembangkit listrik cadangan untuk traffic light. Keempatnya adalah Adi Asmariadi Budi, Nurin Tyas Wicaksono, Yohanes Ridwan S., dan Gama Hafidz.
Ide awalnya adalah pengamatan terhadap kendaraan yang lalu lalang melintasi polisi tidur, yang menurut mereka telah membuang energi. “Kenapa energi ketika melintasi polisi tidur itu tidak dimanfaatkan,” tutur Adi.
Caranya, setiap kali sebuah kendaraan melintasi sebuah polisi tidur sebenarnya telah mengeluarkan energi untuk menekan. Tekanan itulah yang kemudian dimanfaatkan untuk memutar roda gila.
Putaran roda gila itulah yang diolah untuk menghasilkan listrik yang lantas disimpan untuk dimanfaatkan saat aliran listrik padam guna menyalakan traffic light. “Dengan demikian, polisi tidur bisa berfungsi lebih maksimal. Tidak hanya memberikan peringatan, tetapi juga menyimpan energi,” lanjutnya.
Teknologi tersebut sudah diakui dengan keberhasilannya masuk final National Innovation Contest di ITB. Tim itu bahkan mendapatkan dana hibah Grand Karya Inovasi UGM sebesar Rp 4 juta.
Dengan dana itu, penelitian terhadap alat tersebut dikembangkan di Laboratorium Rekayasa Energi dan Laboratorium Instrumentasi FT UGM. Alat itu turut dipamerkan dalam Pekan Penelitian UGM (UGM Research Week) di Grha Sabha Permana pada 25-31 Agustus 2008.
Alat yang berhasil dibuat secara berkelompok tersebut bisa menghasilkan daya 14 watt per buah. “Nanti dibuat lebih dari satu untuk setiap jalur. Jadi, setiap kendaraan yang lewat pasti menginjak salah satu alat tersebut. Kalau setiap alat menghasilkan daya 14 watt per tekanan roda, bayangkan berapa energi yang bisa disimpan,” jelas Adi.
Meskipun telah berhasil membuat alat itu, Adi mengakui bahwa rancangannya masih sangat dasar. Perlu penelitian lebih jauh untuk mengembangkan alat itu dengan maksimal. “Untuk menyempurnakan alat tersebut, pasti butuh koordinasi dan kerja sama dengan jurusan lain. Untuk struktur alat, misalnya, kami perlu kerja sama dengan teknik sipil. Itu proyek multidisipliner,” paparnya saat disinggung soal kesiapan aplikasi alat tersebut.
Dikatakan, investor dan pelaksana program sangat dibutuhkan agar alat itu bisa secepatnya diterapkan dalam kehidupan nyata. “Kami kan kreator. Karena itu, butuh kerja sama dengan investor dan berbagai pihak,” ucapnya.
(Jawa Pos, Minggu, 31 Agustus 2008)