Jumat, 05 September 2008

Polisi Tidur Nyalakan Traffic Light

Ketika aliran listrik padam, lampu pengatur lalu lintas (traffic light) ikut padam. Akibatnya, arus lalu lintas kacau. Pemanfaatan teknologi tenaga surya masih jarang diterapkan karena masih mahal.
Mengatasi masalah tersebut, empat mahasiswa Teknik Fisika UGM mencoba memanfaatkan polisi tidur sebagai pembangkit listrik cadangan untuk traffic light. Keempatnya adalah Adi Asmariadi Budi, Nurin Tyas Wicaksono, Yohanes Ridwan S., dan Gama Hafidz.
Ide awalnya adalah pengamatan terhadap kendaraan yang lalu lalang melintasi polisi tidur, yang menurut mereka telah membuang energi. “Kenapa energi ketika melintasi polisi tidur itu tidak dimanfaatkan,” tutur Adi.
Caranya, setiap kali sebuah kendaraan melintasi sebuah polisi tidur sebenarnya telah mengeluarkan energi untuk menekan. Tekanan itulah yang kemudian dimanfaatkan untuk memutar roda gila.
Putaran roda gila itulah yang diolah untuk menghasilkan listrik yang lantas disimpan untuk dimanfaatkan saat aliran listrik padam guna menyalakan traffic light. “Dengan demikian, polisi tidur bisa berfungsi lebih maksimal. Tidak hanya memberikan peringatan, tetapi juga menyimpan energi,” lanjutnya.
Teknologi tersebut sudah diakui dengan keberhasilannya masuk final National Innovation Contest di ITB. Tim itu bahkan mendapatkan dana hibah Grand Karya Inovasi UGM sebesar Rp 4 juta.
Dengan dana itu, penelitian terhadap alat tersebut dikembangkan di Laboratorium Rekayasa Energi dan Laboratorium Instrumentasi FT UGM. Alat itu turut dipamerkan dalam Pekan Penelitian UGM (UGM Research Week) di Grha Sabha Permana pada 25-31 Agustus 2008.
Alat yang berhasil dibuat secara berkelompok tersebut bisa menghasilkan daya 14 watt per buah. “Nanti dibuat lebih dari satu untuk setiap jalur. Jadi, setiap kendaraan yang lewat pasti menginjak salah satu alat tersebut. Kalau setiap alat menghasilkan daya 14 watt per tekanan roda, bayangkan berapa energi yang bisa disimpan,” jelas Adi.
Meskipun telah berhasil membuat alat itu, Adi mengakui bahwa rancangannya masih sangat dasar. Perlu penelitian lebih jauh untuk mengembangkan alat itu dengan maksimal. “Untuk menyempurnakan alat tersebut, pasti butuh koordinasi dan kerja sama dengan jurusan lain. Untuk struktur alat, misalnya, kami perlu kerja sama dengan teknik sipil. Itu proyek multidisipliner,” paparnya saat disinggung soal kesiapan aplikasi alat tersebut.
Dikatakan, investor dan pelaksana program sangat dibutuhkan agar alat itu bisa secepatnya diterapkan dalam kehidupan nyata. “Kami kan kreator. Karena itu, butuh kerja sama dengan investor dan berbagai pihak,” ucapnya.
(Jawa Pos, Minggu, 31 Agustus 2008)

Tidak ada komentar: